Rabu, 16 November 2011

CITA - CITAKU

CITA-CITAKU

Saat aku masih kelas 1 aku mendapat tugas membawa kertas folio dan spidol. Aku dan temanku di ajari menulis seperti nama,nama lengkap,nama ayah,nama ibu,alamat rumah,sekolah,alamat sekolah,alamat rumah guru,cita-cita aku disuruh jujur apalagi nama-nama orang tua harus benar karena ada nama orang tua di formulir pendaftaran SD. Aku disuruh memasang foto. Keesokan harinya aku masuk kelas, aku lalu menampelkan foto dan akan menulis dengan spidol yang dibelikan ibuku. Saat aku menulis warnanya tidak terang. Aku dipinjami temanku spidol. Aku senang saat selesai. Dan saat ditempel dengan paku anak-anak melihat nilai mereka. Aku lalu menaruh tas tiba-tiba temanku menarik tanganku lalu semua senang aku tidak tahu kenapa mereka semua tersenyum. Teman-temanku menunjukkan map kuning yang ada nama panggilanku dan no absenku. Ternyata mereka terlihat senang karena punyaku dapat seratus. Tapi anak-anak heran yang bercita-cita menjadi dokter sepertiku tidak dapat seratus. Lalu mereka menanya “najwa kamu kok bias dapat seratus kan cita-citaku juga dokter” Tanya salah satu temanku. Aku yang akan keluar kelas menjawab “aku juga tidak tahu aku bias dapat seratus mungkin karena tulisanku bagus?” jawabku sambil menunjukkan tulisan teman-temanku. Mereka jadi mengerti jika tulisannya bagus dapat seratus tapi jika tidak dapat Sembilan puluh. Sudah 5 hari aku ingin map kuning punyaku dikasih. Akhirnya 9 hari telah berlalu sekarang sudah hari ke 10 aku berhenti berharap. Keesokan harinya map kuning dikembalikan. Aku senang sekali. Bu guruku dulu kelas 1 yang bernama bu Muslikah berkata “anak-anak mapnya jangan dikembalikan disimpan saja” kata bu Muslikah. Kami menjawab “iya bu” jawab kami bersama-sama. Setelah pelajaran berlalu aku pulang dan ayahku sudah menunggu. Aku bilang pada ayahku “pak aku dapat seratus yang foto waktu itu” kataku sambil tersenyum. Ayahku menjawab “Alhamdulilah” jawab ayahku senang. Sampai di rumah aku bilang pada ibu dan kakakku “fotoku ini dapat seratus” kataku. Mereka senang. Aku memang ingin meneruskan cita-cita ayahku menjadi dokter tapi sayang ayahku tidak diterima dan pengalaman aku bertemu dokter. Dokter pribadiku adalah dokter Hengki. Dia bekerja di puskesmas. Aku senang sekali. Sekarang dokter Hengki tidak terlihat karena menjadi bos di puskesmas. Dan itulah cita-citaku menjadi seorang dokter.

NAMA:
NAJWA ANISA SAFITRI
KELAS:
II B (DUA B)
SEKOLAH:
SDN WONOKUSUMO V/44 SURABAYA

Yuk Baca!

Yuk Baca!
Aktivitas di pos baca girli