Hai, teman-teman semua! Ini dia kelanjutan dari kisah "Negeri Hijau Savira". Semoga kalian senang! ^_^
NEGERI HIJAU SAVIRA
PART 2
Tepat jam 3 sore, orang tua mereka pun pulang.
Savira segera menyiapkan makanan dan minuman untuk kedua orang tuanya itu.
Savira pun menunggu orang tua mereka beristirahat sejenak. Hatinya
berdebar-debar. “Akankah mereka
mengijinkanku?”, gumam Savira.
Mereka
pun berkumpul sejenak. Savira segera ke kamarnya dan Ruby. Ia menggotong tubuh
Ruby yang sudah kurus.
“Ruby
sayang, bagaimana keadaanmu, nak?”, Tanya ibu Savira dengan lembut.
“Ruby
sudah merasa sedikit membaik, bu”, jawab Ruby.
Mereka
pun saling bercanda. Meminum teh hangat bersama-sama. Namun, wajah Savira
terlihat bimbang. “Mungkinkah ini
saatnya?”, gumam Savira.
“Savira,
ada apa? Kenapa wajahmu seperti sedih begitu?”, Tanya ayah.
“Maaf,
yah. Sebenarnya, aku ingin pergi mencarikan obat untuk Ruby, sekaligus mencari
sebuah negeri hijau untuk kita. Jika begini terus, akan banyak korban yang
berjatuhan”, jawab Savira dengan nada gugup.
“Savira,
ayah tak akan mengizinkanmu! Walau ini demi Ruby, tapi kamu masih sangat kecil
untuk mengembara negeri-negeri!”, ujar ayah tegas.
“Tapi,
yah… Savira tidak akan sendiri! Masih ada teman-teman yang lain! Aku akan
mengajak mereka. Jika sudah menemukan tujuan kami, kami akan pulang dan
mengajak seluruh warga desa untuk pindah”, jelas Savira.
“Memangnya,
kamu mau ke negeri mana?”, Tanya ibu khawatir.
“Savira…
Savira tidak tahu, bu…”, jawab Savira pelan.
“Kalau
begitu, carilah dulu ke mana kamu akan pergi, Savira”, ujar ibu. Savira hanya
mengangguk dan berjalan ke kamarnya. Ia menggotong tubuh Ruby dan mengambil
sebuah buku “Atlas”. Ia membacanya perlahan.
“Di mana aku akan pergi mencari obat?”,
Tanya Savira dalam hati.
Tak
terasa hari telah malam. Savira masih saja terus belajar mencari tempat yang
akan dituju. Ia juga merasa perlu membicarakan hal ini pada teman-temannya.
Ruby
hanya memandangi kakaknya itu dengan kasihan. Demi dirinya, sang kakak harus
mengorbankan diri.
“Kak…”,
panggil Ruby. Savira pun menoleh.
“Ada
apa, Ruby? Kamu haus? Ini minumnya”, ujar Savira sambil menyerahkan segelas
minuman. Ruby mengambilnya dan menghabiskan minuman itu. Ia kembalikan gelas
itu pada kakaknya.
“Kakak…”,
panggil Ruby.
“Ada
apa, Ruby?”, Tanya Savira.
“Kakak
tidak capek?”, Tanya Ruby cemas.
“Tidak
kok. Tenang saja. Lagipula, sebentar lagi kakak akan tidur juga”, jawab Savira
sambil tersenyum. Ia membelai rambut adiknya. Savira tahu benar. Ruby tak akan
bisa tidur tanpanya.
Setengah
jam kemudian, Savira akhirnya mulai merasa mengantuk. Ia menutup bukunya.
Meskipun ia sudah membaca habis bukunya, masih belum ada tempat yang menurutnya
menarik.
Savira
berjalan ke arah kasur. Ruby telah tertidur lelap. Ia segera naik dan memeluk
adiknya. Perasaan bersalah memenuhinya. Ia takut jika ia tidak cepat-cepat
pergi, maka nyawa Ruby tak akan terselamatkan. Air mata mengalir deras dari
matanya dan membasahi kasur. Savira tetap memeluk erat Ruby. Ia tak ingin
kehilangan Ruby seperti ia kehilangan kakaknya, Emerald.
Sementara
itu, Ruby yang sebenarnya tidak tidur memandangi kakaknya. Rasanya ingin sekali
menangis. Namun, ia tak bisa menangis. Ia tak mau membuat kakaknya cemas. Mata
Ruby hanya berkaca-kaca. Perlahan, air matanya pun menetes turun.
Bersambung....
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar