Sabtu, 11 Desember 2010

KERISPI DARI IBU

KERISPI DARI IBU


Peristiwa itu aku alami waktu kecil, aku pernah sakit keras.
Saat itu umurku sekitar tiga tahun.
Ibuku sangat bingung waktu itu, karena panasku yang tinggi sekali.
Ibu benar-benar kaget dan terkejut melihat aku pingsan.
Pagi itu,bapak dan ibu memeriksakan aku ke dokter Hengki, dokter kesukaanku.
Setelah di periksa dokter Hengki, lalu ibu dikasih resep untuk membeli obat.
Ibu segera pergi ke Apotek yang letaknya di seberang jalan praktek dokter Hengki.
Setelah minum obat aku tidur dengan komperes dikepalaku.
Ibu berharap dengan minum obat, panasku turun dan aku segera sembuh.
Kebiasaan tersebut sudah biasa ibu lakukan saat aku sakit. Ternyata panasku tidak juga turun.
Sekitar jam 2 siang tiba-tiba panasku kembali tinggi dan wajahku terlihat pucat.
Apalagi keadaan rumahku saat itu sepi, hanya ada ibu, mbak ify dan aku.
Sebelum berangkat kerja bapak sempat bertanya pada ibu tentang kondisiku.
“Udah dingin badan Najwa ?”, kata bapak cemas.
“Sudah tidak apa-apa kok , jawab ibu dengan tenang. Siang nanti pasti turun kok panasnya, kan sudah ke dokter “! sambung ibu.
Tapi apa yang terjadi pada siang itu,ibu seakan tidak percaya melihat kondisiku saat itu.
Melihat keadaanku yang kritis dengan cepat Ibu mengangkatku dari atas tempat tidur.
Kemudian Ibu keluar rumah dan memanggil tukang becak dekat rumah.
Berpesan pada mbak Ify agar menunggu bapak datang dan menyusul ke rumah
sakit.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit kondisiku sangat kritis.
Mulutku mengeluarkan busa bercampur darah dan matakupun terpejam. Aku pingsan !
Sambil menangis melihat kondisiku ibu menelpon bapak untuk memberitahu kondisiku.
Ibu terus menangis sambil menepuk-nepuk pipiku agar aku siuman dari pingsan.
Diatas becak tidak hentinya ibu berdoa menyebut nama Allah.
Ibu menyuruh tukang becak agar mengayuh becaknya dengan cepat agar sampai ke rumah sakit.
Melihat kondsiku tukang becak itupun mengayuh becaknya dengan cepat sekali.

Setengah jam perjalanan naik becak sampailah di rumah sakit.
Dengan cepat ibu turun dari becak lalu memanggil perawat.
“Tolong.., tolong.., anakku , Suster!“ teriak ibu gemetar.
Dengan sigap suster mengambil aku dari gendongan ibu. Dan membawaku ke ruang UGD.
Di dalam ruang UGD, dokter memberikan bantuan medis yang cepat dan tepat.
Sebuah selang oksigen terpasang di lubang hidungku dan tangan kiriku terpasang cairan infus.
Ibu menangis terus melihat kondisiku yang belum sadarkan diri.
“Aku terkena infeksi darah !”, kata dokter. “Ah…’, jawab ibu pucat.
Aku harus rawat inap dan memerlukan perawatan intensif, sahut dokter.
Kemudian suster memindahkan aku dari ruang UGD ke ruang ICU anak.
Dan kondisiku terus dimonitor olehnya.
Kemudian bapak datang bersama mbak Ify ke rumah sakit dan masuk ke ruang ICU anak.
Bapak kaget melihat kondisiku !
Bapak memegang tanganku dan berdoa kepada Allah agar diberi kesembuhan dari sakit yang menimpa anaknya.
Setelah melewati masa kritis, sekitar jam 3 sore aku sadar.
Bapak dan ibuku langsung mengucapkan syukur kepada Allah .
Bapak kembali pulang ke rumah untuk membawa pakaian dan keperluan lain yang dibutuhkan untuk rawat inap di rumah sakit.
Karena ibu tidak membawa keperluan untuk rawat inap.
Saat sadar aku kaget karena tangan kiriku diinfus. Dan menangis dengan keras !
Lalu tangan ibu membelai rambut dan mencup-cupku supaya diam dari tangisanku.
Ternyata ibu ada disebelahku diatas tempat tidurku.
Terus aku minta mimik susu kesukaanku dan melihat suster melepas selang oksigen dihidung.
“Apa boleh minum susu ?” tanya ibu ke suster.
“ Boleh…!” sahut suster tersenyum. Dan terjadilah tanya jawab antara ibu dan suster. “Apakah pernah mengalami kejang sebelumnya?” tanya suster.
“Tidak pernah”, jawab ibu.
“Kondisi ini baru pertama kali menimpa anak saya sus !” kata ibu
Kemudian suster itu menulis-nulis sesuatu di buku pasien yang dipegangnya.
Ada perasaan lega tergambar dari raut wajah suster melihat aku siuman dari pingsan.
Wajah gembira dan senang juga nampak dari senyum bapak,ibu dan mbak ify.
Lalu ibu memberikan susu yang tadi kuminta. Segar rasa mulutku saat susu aku minum. Rasa haus langsung hilang !
“Bu lapar..!” kataku lirih. Ibu pun tersenyum.
Ibu menyuruh mbak ify untuk mengambil kue crispy diatas meja di sebelah tempat tidurku.
“Mau kue crispy …?” tanya ibu sambil mendekatkan sebungkus crispy di hidungku.
“ Mau..! jawabku lirih.
Aroma crispy membuat perutku siap dibuat kenyang.
“Boleh dikasih sus..?” kata ibu berharap.
“Boleh dan harus banyak makan biar cepat sembuh!” sahut suster.
Lalu selembar crispy disuapin ibu ke dalam mulutku.
Rasa kerispi itu agak manis, gurih dan agak asin terasa dilidahku.
Dalam waktu sepuluh menit satu bungkus crispy sudah habis.
“Ha..ha..ha..!” tawa bapak dan ibu melihat aku makan crispy habis satu bungkus.
Kenyang sudah perutku dan akupun terasa mengantuk. Lalu akupun tertidur.
Dua hari aku menjalani rawat inap di rumah sakit untuk pemulihan kondisi.
Pada hari ketiga, aku meninggalkan rumah sakit untuk pulang.
Dengan manja aku minta gendong ke ibu. Aku mau menunjukkan sayangku kepada ibu. Ibu yang telah menyelamatkan hidupku.
Dan pemberian crispy dari ibu menimbulkan selera makanku disaat aku sakit.
“I LOVE YOU, MOM” ,bisikku manja pada ibu.

2 komentar:

Yuk Baca!

Yuk Baca!
Aktivitas di pos baca girli